Senin, 01 April 2013

raport dan menyikapinya


Karena sekolah ane baru aja selesai ngadain ujian tengah semester, kali ini ane pengen share tentang kejadian yg akan muncul dan bagaimana menyikapinya. Kejadian yg akan muncul adalah penerimaan raport. Langsung aja ke pembahasan.
Raport adalah suatu lembar yg berisi nilai masing2 pelajaran sekolah dan merupakan kalkulasi dari nilai setiap akpek dalam pelajaran. Raport merupakan lembar paling ‘unik’ yg diberikan sekolah kepada murid2nya. Ane bilang ‘unik’ karena hanya lembar ini yg bisa memberikan perasaan yg berbeda2 bagi orangtua yg mendapatkannya. Jika lembar2 yg lain hanya memberikan satu perasaan yg pasti untuk orangtua yg mendapatkannya (bisa marah klo lembar pernyataan atau senang jika lembar penghargaan), maka cuman raport yg bisa memberikan banyak perasaan bagi orangtua yg menerimanya.
Hampir semua siswa, mempunyai target nilai yg ingin tercantum dalam raport masing2. Nilai target ini yg menjadikan raport menjadi lembar paling ditunggu selama satu semester. Terkadang (atau malah sering), nilai yg tercantum dgn raport gak sesuai dgn nilai yg ditargetkan oleh seorang siswa. Nilai yg tercantum dalam raport, walaupun gak sesuai dgn target mereka, tetap merupakan nilai yg bagus bagi sebagian orang tp orang yg mendapat nilai bagus dan gak sesuai dgn target tadi tetap aja menumpahkan emosi (baca: kekesalan) mereka dan tempat tersering untuk menumpahkan emosi mereka adalah situs2 jejaring sosial (facebook dan twitter).
Situs2 jejaring sosial diatas merupakan tempat dimana banyak orang bisa membaca apa yg ditulis oleh orang lain. Tulisan orang lain ini dapat menyebabkan perbedaan pendapat dalam menyikapi apa yg ditulis oleh seseorang. Oleh karenanya diharapkan seseorang yg kesal dgn nilai raport yg gak sesuai dgn keinginannya gak menumpahkan emosi mereka secara sembarangan, harus berada pada tempat yg gak menyebabkan perbedaan pendapat bagi orang lain. Jgn sampai emosi karena gagal mencapai target membuat kalian dijauhi oleh orang2 yg gak senang dgn apa yg kalian tulis. Ane punya cerita untuk mengandaikan akibat dari menumpahkan emosi tidak pada tempatnya.
Ada seorang murid pintar dan rajin disuatu sekolah, namanya Alif. Ketika sedang penerimaan raport, Alif mendapatkan nilai matematika delapan lima, fisika delapan dua, kimia delapan tujuh, dan biologi sembilan puluh. Nilai yg ia dapatkan tadi ‘jauh’ dibawah targetnya, yaitu seratus sehingga ia pun jadi emosi dgn nilai yg didapatkan. Emosinya tadi ditumpahkan dalam situs jejaring sosial dgn perkataan “aah, nilaiku jelek bgt. cuman dapet sembilan.” Tulisan  Alif tadi dibaca oleh banyak orang yg sama2 menggunakan jejaring sosial. Oke, sekarang kita tinggal dulu tentang Alif yg lagi numpahin emosinya.
Ada juga seorang  murid yg merupakan salah seorang teman dari Alif, namanya Baba. Baba mendapatkan nilai matematika lima puluh, fisika enam puluh, kimia lima lima, dan biologi tujuh puluh. Nilai yg didapat Baba ada dibawah targetnya, yaitu KKM. Ketika sedang emosi karena nilainya yg dibawah KKM, Baba membaca tulisannya Alif tentang nilainya yg diatas KKM tp dibawah target. Baba yg membaca tulisan Alif tentu saja langsung marah dgn apa yg dikatakan oleh Alif dan berpikir klo Alif itu sangatlah sombong sehingga pertemanan mereka menjadi retak.
Cerita diatas memang hanya pengandaian tp banyak kejadian seperti diatas yg benar2 terjadi di dunia nyata. Cerita diatas memang menceritakan tentang sifat su’udzon Baba kepada Alif dan sifat su’udzon merupakan sifat yg dilarang oleh agama tp mau gimana lagi? Alif melakukan tindakan yg menyebabkan su’udzon dari Baba. Ane jadi keinget kata2 guru ane “memang benar kita gak boleh su’udzon dgn orang lain tp klo orang lain memancing kita untuk su’udzon, mau gimana lagi?”
Sekian share dari ane, pelajaran yg dapat diambil adalah “kita boleh kesal atau marah dgn hasil yg didapat tp kita juga harus tahu dimana tempat kita menumpahkan kemarahan kita tadi sehingga tidak menyebabkan orang lain tersiksa dgn kemarahan kita”. Saya faqih[dot]packman, terimakasih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar