Jumat, 29 Agustus 2014

hari pertama kuliah

Hari ini hari pertama kuliah, tanggal 25 Agustus 2014. Banyak hal yg ane rasakan di hari pertama ini. Bingung, salah tempat parkir, nostalgia zaman SD, bahagia, sedih dan masih banyak lagi yg lain. Semua itu coba ane rangkum dalam tulisan kali ini.

Jujur, ini kondisi baru buat perjalanan hidup ane. Dari dulu ane SD sampai SMA, sekolah ane paling luas hanya 2000 meter persegi dan klo mau pindah kelas, tinggal jalan bentar udah sampe, tp sekarang pindah kelas sampe harus naik motor klo gak pengen ketinggalan kelas. Ditambah jalan yg agak rumit, bikin kebingungan ane semakin menjadi2. Kondisi jalan yg ribet itu juga yg bikin ane salah tempat parkir terus. Tempat parkir di UGM dipisah antara karyawan dgn mahasiswa, nah ane klo parkir pasti di tempat karyawan dulu trus dibentak satpam biar pindah tempat parkir. Untungnya hari ini bisa terlewati tanpa halangan yg berarti (alhamdulillah ^^).
Di tempat baru ini juga, ane bertemu dgn orang dari tanah kelahiran yg ane cintai, Pekanbaru. Nama dia Fadri, anak Kimia lulusan SMA Plus Pekanbaru. Dia tinggal di selatannya Arengka, di tempat yg gak ane tau. Ceritanya dia dan ane duduk sampingan, dan ‘terpaksa’ ane ajak ngobrol dia. Dari awal ane udah tau dia anak Pekanbaru, tp baru kali itu ane bisa duduk bareng dia. Awalnya sih pengen basa-basi doang tp entah kenapa, semua kenangan masa kecil ane keluar gak terbendung. Mungkin ini efek dari enam tahun gak pernah balik ke Pekanbaru. Kami cerita (atau mungkin hanya ane yg cerita --a) tentang segala hal yg ada di Pekanbaru yg ane tau, dari daerah Panam sampai ke Alam Mayang. Ane cerita tentang tempat2 bersejarah buat ane dan baiknya, dia mau dengerin ‘curhat’ ane (thank a lot bro, nostalgia memang selalu menyenangkan ^^).
Di tempat baru ini, ‘kutukan’ ane belum berakhir. Kutukan melanjutkan pendidikan sendirian. Dari ane naik SD sampai kuliah ini, gak ada teman main yg ikut ane barengan. Walaupun ada diantara teman main ane yg juga daftar di tempat yg sama, tetap aja ane bakalan lolos sendirian (T.T). Sepi rasanya gak punya teman ngobrol di awal2 belajar, apalagi klo lagi masalah nungguin sesuatu, secara ane orang yg sedikit pemalu klo berhubungan dgn hal2 baru ditambah ane masih gampang bgt bergantung pada orang lain (contohnya orang tua). Untungnya, di hari pertama kuliah ane ketemu dgn orang yg bisa nyambung klo ngobrol. Tp kenapa ane bisa melewati semuanya?
Kunci penting bagi ane untuk melewati hari itu adalah keberanian. Berhubung ini adalah pertama kalinya ane ngurus masalah jam pelajaran, so pasti banyak kebingungan yg ane dapet. Coba pas hari pertama itu ane gak berani untuk bertanya, udah pasti masalah KRS ini gak bakalan selesai karena klo malu bertanya, bisa dipastikan dia akan kebingungan terus sampai selesai kuliah. Dari peristiwa di hari pertama ini, saya ingin mengambil kesimpulan. Seorang mahasiswa itu harus memiliki kemampuan bertanya dan kemandirian.
Mahasiswa harus pro aktif dalam bertanya, baik itu bertanya ke satpam maupun ke mahasiswa yg lain. Karena pertanyaan adalah sebatang korek untuk menyalakan sebatang lilin pengetahuan. Memang sih, untuk menyalakan lilin tidak hanya dgn korek, bisa dgn kompor. Tp dgn koreklah lilin itu bisa menyala lebih cepat. Yg kedua adalah kemandirian yg berhubungan langsung dgn keberanian. Karena dgn keberanian, kemandirian lebih mudah diperoleh. Kemandirian harus dimiliki oleh setiap mahasiswa karena sistem perkuliahan sangat menuntut mahasiswa untuk mandiri, tidak lagi menggantungkan semuanya pada guru. Jika dulu di SMA, guru yg mencari murid, di kuliah, muridlah yg harus mencari guru.

Dua hal diatas sangat berkaitan karena dgn berani untuk bertanya, pengetahuan akan mudah didapat dan dgn pengetahuan itu kemandrian bisa diperoleh. Demikian cerita ane di hari pertama kuliah. Terakhir ane ingin ngasih satu quote yg menurut ane cocok untuk sharing ane kali ini. “berlari harus dimulai dari langkah pertama”. Saya faqih[dot]packman, terimakasih.

2 komentar:

  1. "Langkah pertama selalu paling sulit." Itu kata-kata kakak gue waktu gue baru mau mulai les di bimbel. Di tempat les itu, gue juga nggak punya siapa-siapa. Padahal sejak TK, selalu ada kakak gue yang menemani dan membimbing gue. Tapi nggak di tempat les. Apalagi gue ini tipenya sulit bersosialisasi dan beradaptasi. Kalau gue merasa nggak diterima, gue biarkan aja, walau dalam hati gue sebenernya pengen nyari temen. Itu kekurangan gue. Ha, malah curhat.

    Kalau buat gue, hal yang paling menentukan keberanian gue adalah kemampuan gue untuk mengubah pola pikir gue. Pertama, gue harus yakin kalau orang-orang baru itu bukan orang jahat. Kedua, gue harus sadar kalau gue akan bersama dengan mereka sampai kita "lulus" dari bimbel. Ketiga, gue harus percaya kalau mereka nggak bener-bener peduli dengan gue. Hal ketiga ini, walau terdengar aneh, tapi penting buat gue. Karena gue adalah tipe orang yang sulit mengacuhkan omongan orang. Kalau ketiganya terpenuhi, walaupun awalnya masih berpikir berkali-kali, keberanian untuk mulai beraksi akan muncul sedikit demi sedikit.

    Ups, maaf, malah jadi satu postingan pendek blog sendiri. Sharing aja nggak papa, ya? :D

    BalasHapus
  2. mantap dah.. saling berbagi penderitaan :p

    BalasHapus