Stand Up Comedy,
siapa yg gak tau acara ini? Kayaknya hampir semua orang yg hidup dgn tv dan
internet tau acara apa ini. Nah, kali ini ane mengulas tentang Stand Up Comedy.
Ulasan ane ini didasarkan pada perkataannya Pandji di akhir penampilannya di
“Mesakke Bangsaku”. Dia bercerita tentang susahnya menjelaskan bahwa Stand Up
Comedy adalah karya seni dihadapan para pemangku budaya Jakarta.
Stand Up Comedy
adalah sebuah pertunjukan dimana satu orang berdiri sendirian tanpa teman
diatas panggung dan bicara beberapa hal yg dapat mengundang tawa dari para pendengar. Proses penyampaian materi
biasanya diiringi dgn beberapa gerakan supaya perkataan mereka bisa sampai ke
penonton (walaupun beberapa comica tidak bergerak sama sekali). Materi yg disampaikan beraneka ragam, tp yg
pasti adalah dalam menyampaikan materi, seorang comica harus bisa membawa
penonton melihat sisi lain dari materi yg dibawain. Contohnya kayak gini, misal
ada ada buah apel, jika biasanya orang2 akan menentukan kualitas dari warna
kulitnya, maka comica malah mengajak untuk menentukan berdasarkan kondisi sisa
tangkai. Intinya hal yg biasa di lihat dari sisi kanan, malah dilihat dari sisi
kiri. Oleh karena itu, sangat jarang ada materi yg disampaikan dua kali dan
tetap lucu (kecuali sudut pandangnya diubah).
Karena materi
yg dibawakan adalah kejadian yg sudah ada tp dilihat dari sudut pandang lain,
maka materi yg bagus untuk dibawakan adalah materi2 yg menggelisahkan baginya
tp biasa di mata masyarakat. Karena biasanya, orang yg gelisah akan suatu
kejadian karena dia melihat kejadian tersebut dari sudut pandang berbeda. Coba
kalau materi yg disampaikan searah dgn pandangan pendengar, tentu mereka sudah
paham mana bagian yg lucu mana yg tidak lucu (atau yg lebih parah, sama sekali
gak tau bagian mana yg lucu). Ane mengembangkan kata2 ini dari kometar Radit ke
salah satu comica. Dia bilang ‘kamu harus bawa materi yg semua orang tau’.
Dalam
perkembangannya, Stand Up Comedy sekarang tidak hanya menjadi seni pertunjukan
tp sudah berkembang menjadi seni perlombaan. Itu ditandai dgn munculnya lomba2
stand up di seluruh Indonesia, bahkan salah satu channel tv di Indonesia
mengadakan lomba Stand Up Comedy tahunan yg sudah mencapai tahun keempat.
Perkembangan Stand Up Comedy tentu tidak serta merta terjadi, ada beberapa
orang yg menjadi pionir dalam perkembangan Stand Up Comedy di Indonesia, salah
satunya adalah Pandji Pradjiwaksono (yg berhasil membujuk pemangku budaya
Jakarta sehingga mengakui keberadaan Stand Up Comedy).
Kembali ke
pertunjukan Stand Up Comedy, satu hal yg ane apresiasi dari pertunjukan Stand
Up Comedy adalah ketika comica selesai menyampaikan materi, maka semua
pendengar harus menghormatinya dgn cara standing
applaus. Ini kebiasaan yg bagus karena ini menghargai kerja keras seorang
comica mencari sudut pandang supaya para pendengar bisa tertawa. Proses
pencarian inilah yg ane sebut sebagai proses pemunculan karya seni, sama
seperti ketika seorang pelukis mencari ide untuk lukisannya. Jika diibaratkan,
pelukis adalah comica, lukisan adalah materi comica, pameran adalah pertunjukan
dan ucapan kagum adalah standing applaus.
Melihat faktor2
diatas, sudah seharusnya Stand Up Comedy dianggap sebagai sebuah seni
pertunjukan modern seperti halnya break dance. Jika dulu seni pertunjukan
mengenal wayang kemudian di sambung dgn ketoprak, maka sekarang seni
pertunjukan cerita memunculkan Stand Up Comedy sebagai karya seni baru.
Demikian
tulisan ane tentang Stand Up Comedy. Terakhir, “setiap zaman pasti akan menghasilkan sebuah jenis karya seni, tinggal
bagaimana kita menyambutnya”. Saya faqih[dot]packman, terima kasiih.
Satu kekurangan: kadang comica terlalu berlebihan atau terlalu jauh dalam penyampaian materi. Jadi, apa yang dia ungkapkan justru membuat masalah, misalnya sampai menyinggung pihak tertentu.
BalasHapusyaaah itulah manusia.. klo udah ngomongin orang bisa sampe kemana2
Hapus