Minggu, 20 April 2014

stand up comedy

Stand Up Comedy, siapa yg gak tau acara ini? Kayaknya hampir semua orang yg hidup dgn tv dan internet tau acara apa ini. Nah, kali ini ane mengulas tentang Stand Up Comedy. Ulasan ane ini didasarkan pada perkataannya Pandji di akhir penampilannya di “Mesakke Bangsaku”. Dia bercerita tentang susahnya menjelaskan bahwa Stand Up Comedy adalah karya seni dihadapan para pemangku budaya Jakarta.

Stand Up Comedy adalah sebuah pertunjukan dimana satu orang berdiri sendirian tanpa teman diatas panggung dan bicara beberapa hal yg dapat mengundang tawa dari  para pendengar. Proses penyampaian materi biasanya diiringi dgn beberapa gerakan supaya perkataan mereka bisa sampai ke penonton (walaupun beberapa comica tidak bergerak sama sekali).  Materi yg disampaikan beraneka ragam, tp yg pasti adalah dalam menyampaikan materi, seorang comica harus bisa membawa penonton melihat sisi lain dari materi yg dibawain. Contohnya kayak gini, misal ada ada buah apel, jika biasanya orang2 akan menentukan kualitas dari warna kulitnya, maka comica malah mengajak untuk menentukan berdasarkan kondisi sisa tangkai. Intinya hal yg biasa di lihat dari sisi kanan, malah dilihat dari sisi kiri. Oleh karena itu, sangat jarang ada materi yg disampaikan dua kali dan tetap lucu (kecuali sudut pandangnya diubah).
Karena materi yg dibawakan adalah kejadian yg sudah ada tp dilihat dari sudut pandang lain, maka materi yg bagus untuk dibawakan adalah materi2 yg menggelisahkan baginya tp biasa di mata masyarakat. Karena biasanya, orang yg gelisah akan suatu kejadian karena dia melihat kejadian tersebut dari sudut pandang berbeda. Coba kalau materi yg disampaikan searah dgn pandangan pendengar, tentu mereka sudah paham mana bagian yg lucu mana yg tidak lucu (atau yg lebih parah, sama sekali gak tau bagian mana yg lucu). Ane mengembangkan kata2 ini dari kometar Radit ke salah satu comica. Dia bilang ‘kamu harus bawa materi yg semua orang tau’.
Dalam perkembangannya, Stand Up Comedy sekarang tidak hanya menjadi seni pertunjukan tp sudah berkembang menjadi seni perlombaan. Itu ditandai dgn munculnya lomba2 stand up di seluruh Indonesia, bahkan salah satu channel tv di Indonesia mengadakan lomba Stand Up Comedy tahunan yg sudah mencapai tahun keempat. Perkembangan Stand Up Comedy tentu tidak serta merta terjadi, ada beberapa orang yg menjadi pionir dalam perkembangan Stand Up Comedy di Indonesia, salah satunya adalah Pandji Pradjiwaksono (yg berhasil membujuk pemangku budaya Jakarta sehingga mengakui keberadaan Stand Up Comedy).
Kembali ke pertunjukan Stand Up Comedy, satu hal yg ane apresiasi dari pertunjukan Stand Up Comedy adalah ketika comica selesai menyampaikan materi, maka semua pendengar harus menghormatinya dgn cara standing applaus. Ini kebiasaan yg bagus karena ini menghargai kerja keras seorang comica mencari sudut pandang supaya para pendengar bisa tertawa. Proses pencarian inilah yg ane sebut sebagai proses pemunculan karya seni, sama seperti ketika seorang pelukis mencari ide untuk lukisannya. Jika diibaratkan, pelukis adalah comica, lukisan adalah materi comica, pameran adalah pertunjukan dan ucapan kagum adalah standing applaus.
Melihat faktor2 diatas, sudah seharusnya Stand Up Comedy dianggap sebagai sebuah seni pertunjukan modern seperti halnya break dance. Jika dulu seni pertunjukan mengenal wayang kemudian di sambung dgn ketoprak, maka sekarang seni pertunjukan cerita memunculkan Stand Up Comedy sebagai karya seni baru.

Demikian tulisan ane tentang Stand Up Comedy. Terakhir, “setiap zaman pasti akan menghasilkan sebuah jenis karya seni, tinggal bagaimana kita menyambutnya”. Saya faqih[dot]packman, terima kasiih.

2 komentar:

  1. Satu kekurangan: kadang comica terlalu berlebihan atau terlalu jauh dalam penyampaian materi. Jadi, apa yang dia ungkapkan justru membuat masalah, misalnya sampai menyinggung pihak tertentu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. yaaah itulah manusia.. klo udah ngomongin orang bisa sampe kemana2

      Hapus